Dalam coaching, coach perlu menyadari emosi yang dirasakan oleh coachee. Respon terhadap isu ataupun perasaan coachee dapat berpengaruh terhadap kondisi tubuh coach. Respon yang kurang tepat yang dilakukan secara terus menerus bisa membuat coach menjadi kelelahan. Kelelahan dapat berdampak pada hilangnya konsentrasi, ingatan yang buruk, kurangnya kesabaran, serta menurunnya fleksibilitas.
Respon coach yang dimaksudkan disini adalah respon berupa rasa empati atau pun simpati terhadap isu coachee.
Tahukah Anda perbedaan simpati dan empati?
Sebelum kita masuk pada definisi simpati dan empati, berikut contoh respon empati dan simpati dalam sesi coaching, yang dapat memberikan gambaran terkait perbedaan simpati dan empati.
Contoh:
Coachee: “Saya sangat kesal mengetahui bahwa teman saya menggunakan pakaian saya tanpa meminta izin terlebih dahulu, padahal saya juga ingin mengenakan pakaian tersebut.
Respon simpati:
Coach: “Wah, hal tersebut memang mengesalkan. Saya bahkan merasa marah meskipun hanya mendengar cerita Anda.”
Respon empati:
Coach: “Baik, kedengarannya Anda merasa kesal terhadap hal tersebut, dan saya dapat memahami mengapa Anda merasa kesal.”
Respon dengan rasa simpati
Kata simpati dapat diartikan dengan berbagi emosi atau perasaan dengan orang lain. Jadi, pada respon dengan rasa simpati, orang yang mendengarkan akan merasakan perasaan dan emosi yang sama dengan orang yang menceritakan isu yang dialami.
Rasa simpati dapat digambarkan sebagai berikut:
-
Saat Anda sedang marah, maka saya ikut menjadi marah, meskipun tidak mengalami situasi yang Anda alami
-
Saat Anda sedang senang, maka saya ikut menjadi senang terhadap hal yang membuat Anda senang
Respon dengan rasa empati
Empati dapat diartikan sebagai kemampuan untuk memahami perasaan atau emosi orang lain tanpa harus merasakan emosi tersebut.
Rasa empati dapat digambarkan sebagai berikut:
-
Saat Anda sedang marah, saya dapat memahami kemarahan yang Anda rasakan dan kondisi yang mendasari kemarahan tersebut.
-
Saat Anda sedang kecewa, saya dapat memahami rasa kecewa yang Anda rasakan dan kondisi yang menyebabkan Anda merasa kecewa.
Lalu, diantara kedua respon tersebut, respon manakah yang tepat bagi coach?
Merespon dengan rasa simpati dapat menguras emosi coach jika dilakukan secara terus menerus dalam sesi coaching. Hal ini karena coach akan turut merasakan apa yang dirasakan coachee, seperti saat coachee marah, sedih maupun kecewa. Simpati juga bisa melemahkan pemikiran rasional coach karena terbawa oleh suasana. Bagi coachee, respon simpati dapat memberikan validasi bahwa coachee merupakan korban sehingga dapat mengurangi pemberdayaan diri coachee.
Kadang, coachee hanya ingin apa yang dirasakan dapat didengar dan dihargai orang lain tanpa mengharapkan coach merasakan kesedihan atau kemarahan yang dirasakan oleh coachee. Coachee hanya ingin merasa aman dan memiliki ruang untuk mengekspresikan pikiran dan perasaannya tanpa adanya judgment dari pendengar, dalam hal ini adalah coach. Sehingga, respon empati lebih efektif diberikan pada kondisi tersebut.
Empati bisa menghindarkan coach dari kelelahan dibanding simpati. Empati tidak melibatkan perasaan coach, sehingga coach dapat tetap bersikap objektif sambil memahami perasaan coachee.
Namun, perlu dipahami bahwa tidak semua kondisi coachee tepat jika diberikan respon empati. Pada beberapa situasi tertentu, coachee membutuhkan respon simpati. Kondisi yang membutuhkan respon simpati yaitu saat coachee merasa sedih ataupun kecewa karena mengalami peristiwa yang berat seperti krisis dan kehilangan. Pada kondisi tersebut, merespon dengan empati akan membuat sikap coach terkesan dingin dan coachee merasa tidak didukung.
Jadi, respon yang tepat bergantung pada situasi yang dialami coachee. Coach harus tahu kapan coach perlu merespon dengan simpati atau empati. Coach perlu mempertimbangkan dampak dari respon coach terhadap hubungan coach dan coachee dan tetap menjaga agar coach tidak tenggelam dalam kondisi emosional yang sama dengan coachee.
Setelah membaca artikel di atas, sudahkah Anda memahami perbedaan empati dan simpati serta dampak dari kedua respon tersebut?
Anda dapat meningkatkan kemampuan dalam merespon coachee dengan memperbanyak latihan. Selain itu, keterampilan coaching lainnya juga bisa Anda tingkatkan dengan mengikuti kelas sertifikasi coaching Marly Certified Professional Coach yang akan dimulai pada bulan November 2023. Pemberian materi dan praktik yang dilakukan pada kelas MCPC akan melatih keterampilan Anda dalam memberikan pertanyaan.
Referensi:
Reynolds, M. (2020). Coach the person not the problem. A guide to using reflective inquiry. Oakland : Berrett-Koehler Publishers, Inc
Starr, J. (2016). The coaching manual: The definitive guide to the process, principles and skills of personal coaching. Harlow, United Kingdom: Pearson Education.
Starr, J. (2017). Brilliant Coaching. Harlow, United Kingdom: Pearson Education.